THE ANOMALOUS ISLAMIC MOVIES AND OTHER RECENT ISSUES AS REPRESENTATION OF MUSLIM WORLD IN POST-NEW ORDER INDONESIAN CINEMA

Ekky Imanjaya

Abstract


Abstrak

Pasca Orde Baru, film-film bertemakan Islam menjadi trend an laris manis. Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih  adalah contoh dari film Islami yang ditonton  jutaan orang— keduanya hasil adaptasi novel karya Habiburrahman  Syairazy. Keduanya punya persamaan: melodrama  nan sedih,  tokoh  protagonis  yang  saleh  dan pintar  hingga  dapat  beasiswa  ke Mesir, dan ia berusaha mencari teman hidup. Epigonnya  menjamur,dan  rata-rata tidak ada yang  menonjol  dari segi sinematografi,cerita,atau  bahkan  kelarisan.  Apakah  tema  “Islam” membuat  mutu  kebanyakan  dari “genre”  ini tidak  gemilang?Bagaimana  dengan  film yang merepresentasikan  umat Islam dengan  ekspresi  dan cara bertutur  yang berbeda?  Misalnya Kantata Takwa, Laskar Pelangi, dan Rindu Kami PadaMu? Paper ini akan menganalisa bagaimana  film-film  bertema  Islam selalu dihadapkan  pada situasi negosiasi  3 pihak: sang ideolog yang dai, komersialis yang pedagang, dan idealis yang seniman. Ketiganya ada dalam film  itu,  dan  siapa  yang  mendominasi  akan  menentukan  mutu  dan  arah  sebuah  film. Ketiganya membentuk bervariasi kombinasi.

 

Kata Kunci: Film Islam, Arah Film, Genre


Full Text:

PDF

References


Bibliography

Bazin, Andre, “What is Cinema”, Vol II. Berkeley, Los Angeles, University of California Press, London, 1972.

Imanjaya, Ekky. Ekky Imanjaya, “Wajah Islam dan Umatnya dalam Film Indonesia 2008,” in Seputar Indonesia Daily, October 20, 2008.

Said, Salim, “Shadows on the silver screen: a social history of Indonesian film”, Lontar Foun- dation, Jakarta, 1991.

Sukidi and Pramono U Tanthowi, Langgam Baru Politik Islam in Kompas 1 October 2000.

http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0010/16/dikbud/lang40.htm




DOI: https://doi.org/10.47007/jkomu.v6i2.89

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


View My Stats