PUBLIC RELATION TAK SEKEDAR MENGUNDANG WARTAWAN DALAM KONFRENSI PERS
Abstract
Abstract
Public relations must have extensive knowledge and experience in the field of journalism. He should not be introverted, but must be extroverted in his daily life. He must be sociable and friendly to everyone. His knowledge and friendliness will easily relate to reporters. Important knowledge so I know what journalists need. Every press release submitted must be considered, is there news value for reporters? If the news value does not yet exist or is not strong enough, can it still be created to be attractive to journalists? This method is usually less thought of homework. They just invite reporters and deliver messages according to their wishes without thinking about the benefits for journalists. Hospitality is important so that reporters are comfortable and can ask questions about material outside the time of a press conference. There may be something forgotten or there is an important problem that just arises in his mind. Keywords: Journalist, Public Relations, Press Conference
Abstrak
PR wajib mempunyai pengetahuan dan pengalaman luas di bidang jurnalistik. Ia tak boleh introvert, tapi harus ekstrovert dalam keseharian. Ia harus banyak bergaul dan ramah pada setiap orang. Pengetahuan dan keramahannya itu akan mudah berhubungan dengan wartawan. Pengetahuan penting suapaya tahu apa yang dibutuhkan wartawan. Setiap press release yang disampaikan sudah harus dipikirkan, adakah nilai beritanya bagi wartawan? Bila nilai beritanya belum ada atau kurang kuat, masih bisakah dikreasi supaya menarik bagi wartawan? Cara ini biasanya kurang dipikirkan PR. Mereka hanya sekedar mengundang wartawan dan menyampaikan pesan sesuai kehendak mereka tanpa memikirkan keuntungan buat wartawan. Keramahan penting supaya wartawan nyaman dan bisa bertanya soal materi di luar waktu konfrensi pers. Bisa saja ada yang terlupa atau ada masalah penting yang baru muncul dalam pikirannya. Kata kunci: Wartawan, Public Relation, Konfrensi Pers
aluran penyampaian yang digunakan dalam video pembelajaran agar dapat mengaktifkan dan melibatkan siswa secara penuh dan bermakna dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode survey dan wawancara dengan ahli. Teknik pengambilan sampel dalam metode survei menggunakan metode pengambilan sampel random purposif dengan jumlah responden sebanyak 1.032 siswa dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK di seluruh Indonesia. Pengambilan data dilakukan melalui survey online menggunakan aplikasi formulir.kemdikbud.go.id. Survey dilakukan pada tanggal 23 Februari sampai dengan 6 Maret 2019. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 47% dari responden mengatakan belajar melalui video berkemasan GIM. 40 % responden memulih jenis permainan petualangan, dengan 69 % memilih tingkat kesulitan sedang. 80 % Responden memilih perangkat telepon genggam dalam memanfaatkan video instruksional berkemasan GIM, dengan alasan kemudahan akses. 36 % Responden menyukai video berformat Animasi karena lebih menarik. Siswa atau teman sebaya adalah tokoh pemandu yang dipilih oleh 41% responden. 54 % memilih melakukan interaksi langsung dalam pemanfaatan video instruksional berkemasan GIM, 64 % responden memilih melakukan secara kelompok dalam pemanfaatan video instruksional GIM dengan 54 % responden merasakan emosi tertantang dalam menyelesaikan GIM.Kata kunci: pemelajar modern, video instruksional Gim, video instruksional yang efektif dan menarik
Full Text:
PDFReferences
Harahap, Arifin. (2018). Manajemen Pemberitaan dan Jurnalistik TV, Jakarta: PT Indeks.
Iriantara, Yosal dan Surachman Yani. (2005). Public Relation Writing, Bandung: Sembiosa Rekatama Media.
Mukarom Zainal dan Laksana Muhibudin. (2015). Manajemen Public Relation, Bandung: Pustaka Setia Bandung.
Ruslan Rosady. (2016). Manajemen Public Relation & Media Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
DOI: https://doi.org/10.47007/jkomu.v16i2.213
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats